Berusia 4 Abad – Di tengah hiruk-pikuk modernisasi Jakarta yang terus menggila, berdiri sebuah saksi bisu dari masa penjajahan Portugis yang tak lekang oleh zaman—Gereja Sion. Terletak di kawasan Mangga Dua, Jakarta Barat, gereja ini bukan sekadar bangunan tua. Ia adalah monumen hidup dari sejarah panjang ibu kota, berdiri tegak selama lebih dari 400 tahun, melawan gempuran zaman, kerusakan, dan ketidakpedulian.
Dibangun pada tahun 1695 oleh komunitas Portugis yang di kenal sebagai “Mardijkers”—mantan budak yang di bebaskan oleh Belanda—Gereja Sion merupakan gereja Kristen tertua yang masih aktif di gunakan di Indonesia. Arsitektur gereja ini memadukan gaya Eropa abad ke-17 dengan nuansa tropis Asia. Dinding batu bata tebal, jendela tinggi berbingkai kayu jati slot bet 200, dan lantai tegel bergaya Belanda menciptakan aura sakral yang menyergap begitu Anda melangkah masuk. Ini bukan sekadar tempat ibadah—ini adalah peninggalan sejarah yang menolak di lupakan.
Arsitektur yang Membungkam Waktu
Gereja Sion bukan sekadar struktur tua—ia adalah tantangan terhadap logika waktu. Bangunan ini di rancang dengan detail dan kehati-hatian luar biasa. Kayu jati yang di gunakan masih bertahan tanpa banyak kerusakan, dan atap limasnya tetap kokoh meski telah di hantam ribuan badai dan polusi perkotaan.
Interiornya seperti kapsul waktu. Mimbar kayu tua, bangku panjang khas Eropa abad pertengahan, dan organ pipa klasik masih berdiri di tempat semula. Di balik altar, terdapat batu nisan kuno bertuliskan bahasa Portugis kuno slot depo 10k, mengingatkan kita akan akar sejarah dan cerita manusia yang dulu mengisi ruang ini dengan doa dan harapan.
Jejak yang Dilupakan di Tengah Kota
Ironisnya, meski berdiri di pusat kota, Gereja Sion kerap luput dari perhatian publik. Di kelilingi pertokoan, jalanan padat, dan gedung-gedung baru, gereja ini seperti di sembunyikan dari mata dunia. Padahal, setiap jengkalnya adalah narasi sejarah yang pantas di jaga dan di kenang. Seringkali, warga Jakarta sendiri pun tak tahu bahwa mereka melewati salah satu peninggalan tertua di Indonesia setiap harinya.
Baca juga: https://rsudsumberrejo.com/
Di saat berbagai bangunan warisan kolonial lain di Jakarta runtuh di gilas pembangunan, Gereja Sion berdiri seperti pemberontak yang menolak di lupakan. Ia berbicara melalui batu-batunya, menceritakan kisah penindasan, pembebasan, dan keteguhan iman. Ia adalah simbol dari sejarah yang tidak hanya untuk di kenang, tapi untuk di banggakan.
Jadi, pertanyaannya sekarang: apakah kita akan terus membiarkan peninggalan seperti ini tenggelam dalam ketidaktahuan athena 168? Atau sudah saatnya kita membuka mata dan mendengarkan apa yang ingin di sampaikan oleh bangunan tua ini—sebuah warisan yang tetap hidup di tengah kota yang lupa akan masa lalunya?